Rabu, 25 Februari 2009

WISATA & HIBURAN
spacer

Jualan Kancut Melolong

Netral (GATRA/Ivan N. Patmadiwiria)NETRAL melakukan hampir semua yang diimpikan sebuah grup band. Tiga tahun setelah didirikan (1992), Netral langsung digandeng PT Indo Semar Sakti yang membawahkan Bulletin Music. Kontrak enam album dituai band yang memulai karier mereka dari panggung-panggung pertunjukan sekolah dan kampus itu.

Naik ke permukaan, Netral sempat dicemooh karena musiknya yang nyeleneh. Di album perdana "Netral", ia memorak-porandakan lagu klasik Pelangi milik Koes Plus, menjadi salah satu lagu resmi anak punk Indonesia. Di album berikutnya, "Tidak Enak", giliran lagu Desaku, gubahan A.T. Mahmud, digarap Netral.

Belum lagi warna dan teknik vokal Bagus Dhanar Dhana, yang dituding asal-asalan --coba dengar ulang suara vokalis botak ini di lagu Walah. Kepada Gatra, Bagus sempat mengaku bahwa ia sebenarnya tak bisa bernyanyi. "Sungguh mati, gue hanya bisa melolong," katanya.

Namun, semua keanehan itu menjadi kekuatan bagi Netral untuk terus menancapkan kakinya di industri musik kita. Konser Netral selalu disaksikan ribuan pasang mata. Bahkan, pada 1996, Netral ikut mendampingi Foo Fighter, Sonic Youth, dan Beastie Boys dalam acara Jakarta Pop Alternative Music. Panggung Soundrenaline seakan sepi tanpa kehadiran Netral.

Sebagai musisi, keterampilan Bagus Dhanar Dhana (bas/vokal), Christopher Bolymer alias Coki (gitar), dan Eno Gitara Ryanto (drum) --formasi teranyar Netral-- mendapat perhatian dari produsen peralatan musik ternama. Coky sempat di-endorse Music Man (gitar buatan Ernie Ball) dan dalam proses negosiasi dengan merek lain yang tak kalah beken. Untuk amplifier, Coki disokong oleh Laney. Bagus pun tak kalah. OLP dan amplifier SWR mendukung aksi bassist botak ini. Gebukan drum Eno makin mantap setelah ia dikontrak Tama dan simbal Sabian. Menjadi endorser macam itu adalah impian semua musisi.

Netral tak berhenti sampai di situ. Pola pikir mereka atas industri musik Tanah Air pun berubah. Dengan kesadaran penuh mereka melawan arus. Saat banyak band atau musisi memimpikan dipinang perusahaan rekaman besar (major label), Netral memilih balik kanan.

Berada di jalur major, Bagus cs merasa punya beban moral. "Gue udah pakai uang dia, setidaknya gue harus menguntungkan juga buat dia," kata Bagus. Sebaliknya, Bagus melanjutkan, keberhasilan sebuah indie label tergantung si musisi itu sendiri. "Kalau lagi ada modal, hajar habis. Kalau tidak ada, nanti dulu deh," katanya. Jadinya, indie lebih fleksibel.

Sebenarnya rencana itu sudah lama tersimpan dalam benak personel Netral. Namun, karena seringnya gonta ganti personel dan masih terikat kontrak, niat itu sering tertunda. Baru awal puasa tahun lalu, Netral mengutarakan niatnya untuk mundur dari Bulletin. Untungnya, gayung bersambut. Pihak Bulletin mengabulkan keinginan ini.

Netral menambah panjang daftar perusahaan rekaman independen alias indie label. Menjadi indie, dalam benak personel Netral, bukan seperti masuk ke dalam jurang menganga. "Yang penting ngerti dulu, pengen tahu dan belajar ngerjain sendiri," Bagus menegaskan. Bassist yang kerap memperkenalkan dirinya sebagai Om Bagus ini melihat bahwa artis indie label sudah banyak yang maju. "Lihat saja Mocca, Koil, dan Pure Saturday," ia memberikan contoh.

Saking seriusnya untuk ber-indie-ria, apalagi memulainya dari nol, Bagus kerap mengonsultasikan rencananya itu ke Ombat, vokalis Tengkorak --band yang albumnya sudah beredar di lebih 20 negara lewat jalur independen. Juga dengan para personel Pas Band dan Pure Saturday, yang sudah lebih dulu makan asam garam di jalur ini.

Modal referensi tadi, dan uang tabungan sebesar Rp 100 juta, Netral mendirikan Kancut Record, nama yang keluar begitu saja ketika memutuskan identitas label itu. Tanpa disadari, nama itu menjadi memorabilia hubungan Netral dengan Bulletin ("Kancut" adalah album terakhir band itu bersama Bulletin). "Paling tidak, fans masih terngiang-ngiang dengan nama kancut," ujar Bagus. Selain itu, Bagus memandang bahwa kancut dipakai semua orang, dari segala usia, sebagai identifikasi musik Netral yang bisa diterima segala segmen.

Produk perdana Kancut ialah album ketujuh, yang diberi judul "Hitam", dirilis 7 Februari lalu. Seluruh dana tadi digunakan untuk proses produksi, mulai proses rekaman sampai penggarapan video clip. Album berisi tujuh lagu dan rekaman proses pembuatannya ini unik dan langka, karena hanya dibuat sebanyak 7.000 keping. Di tiap kepingnya tertera nomor seri 0001-7000.

Dilepas seharga Rp 55.000, penggemar Netral tidak akan menemukannya di toko-toko kaset besar. Kancut Records membuka hotline bagi peminat "Hitam". Nantinya, si pemesan bakal diberitahu di mana bisa mendapatkan album itu. Netral menggandeng sejumlah distro di Jakarta, Bandung, Surabaya, Makasar, dan Medan untuk menjual "Hitam".

Jaringan tradisional (baca: keluarga dan fans) turut dikerahkan untuk menjual album ini. Semua rantai distribusi itu digandeng lewat pola konsinyasi dengan pembagian 15%-25%. Di setiap konser mereka, Netral juga mempromosikan album itu. Tak jarang, setelah show, personel Netral langsung menjualnya ke tangan fans mereka yang berminat. "Lebih berat sih, tapi kita enjoy aja," kata Coki. Sejauh ini, setelah laku sekitar 2.000 keping, Bagus mengaku belum melihat "Hitam" bajakan.

Tanpa mau kehilangan momentum, lewat Kancut Records, Netral melepas produk berikutnya, "Putih". Album kedelapan ini dirilis awal Juni lalu. Bila "Hitam" penuh muatan sisi gelap Netral, baik dari sisi musik, lirik, dan dipenuhi eksperimen, "Putih" sebaliknya. Lebih komersial, "Yang pasti, lebih mudah dicerna dan tetap Netral banget," kata Eno. Agar "Putih" bisa menjaring pasar yang lebih luas, Kancut Records menggandeng Alfa Records untuk menangani distribusi. Penanganannya pun layaknya album biasa.

Bagi para personel Netral, Kancut Records adalah tempat belajar. Mereka kini tahu seluk beluk distribusi dan strategi pemasaran. "Dengan indie pun, ternyata kita bisa melakukan distribusi," kata Bagus. Untuk sementara ini, Kancut Records masih belum menerima artis lain selain Netral, meski sudah banyak yang menawarkan proposal dan demo. Demikian juga halnya dengan genre yang hendak diakomodasikan, belum ada kata putus.

Namun, sepertinya mereka sepakat cenderung menerima band dari aliran apa saja, sesuai dengan kata 'netral': apa saja bisa. Tapi, kalau saat itu tiba, kata Eno, dari awal Kancut Records akan lebih selektif memilih. "Lebih baik tidak diterima di awal, daripada saat berjalan malah tidak bisa menjual", kata Eno. "Ya, seperti prinsip label-label lain: semua harus menguntungkan," Bagus menimpali sambil ngakak.

Carry Nadeak dan Eric Samantha
[Musik, Gatra Nomor 31 Beredar Senin, 13 Juni 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar